Sabtu, 13 November 2010

Pariwisata dan Birokrasi

Pariwisata merupakan sebuah sistem pengembangan industri makro yang besar dan merupakan usaha multi sector. Semua segmen (sector riil) yang ada pada masyarakat dapat dikerahkan sebagai pendorong perekonomian Negara maupun daerah dimana pariwisata dikembangkan.

Produk yang dihasilakn pariwisata adalah produk komposit dari berbagai rangkaian misalnya ; yaitu dari jasa transportasi, akomodasi, makan minum, took, hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan lainnya baik kepada individu maupun kepada kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pihak swasta atau masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan kepariwisataan. Sementara pemerintah (Birokrasi) berperan sebagai fasilitator. Ada 2 (dua) factor utama peran yang harus dilakoni oleh pemerintah agar kemampuan untuk menjadi fasilitator menjadi lebih optimal ; 1). visi dan misi yang jelas, 2) pola pikir dan pemahaman yang tajam tentang kepariwisataan. Namun sayangnya kendala dalam pengembangan pariwisata tidak hanya terkendala pada peran masyarakat maupun swasta, tetapi juga terbentur pada implementasi peran pemerintah sebagaimana mestinya.

Hal tersebut terjadi kemungkinan dikarenakan beberapa factor terutama 2 (dua) factor peran sebagaimana telah disebutkan diatas, selain itu juga pemahaman pariwisata dari para birokrat terkadang menganggap kegiatan pariwisata hanya sebuah kegiatan sampingan.

Ada beberapa langkah agar ketidakoptimalan peran pemerintah sebagai fasilitator menjadi optimal adalah sebagai berikut :

Pertama, Leadership, orang yang dipercayakan untuk mengisi lowongan “kepala urusan kepariwisataa” pada sebuah wilayah sebaiknya dipercayakan kepada pejabat yang memiliki jiwa entertainment, enterprenership dan memiliki sense of art.

Kedua, Performance, karena pariwisata bersentuhan dengan pelayanan, baik pelayanan kepada masyarakat maupun swasta maka baik dari penampilan kantor pariwisata, orang – orang yang berada didalamnya dan pejabat yang menjabat sebagai kepala urusannya memiliki penampilan yang “swasta” (dari busana sampai dengan pelayanannya).

Ketiga, Skill, kemampuan para petugas / orang – orang yang berada dikantor yang menangani urusan pariwisata harus rata – rata memiliki kemampuan dibidang pariwasata.

Keempat, Improvement, memiliki kemampuan untuk berimprovisasi agar kegiatan kepariwisataan tidak berjalan menjenuhkan.

Pengembangan pariwisata memang merupakan masalah yang komplek dan dilematis, dan untuk itu diperlukan keberanian sikap pemerintah, khususnya pemerintah daerah sebagai implementasi UU otonomi daerah untuk melakukan terobosan dengan segala macam strategi agar pengembangan pariwisata didaerah dapat berkembang secara maksimal.

Jumat, 12 November 2010

Sejarah Berdirinya Mesjid Agung Syuhada - Pelaihari



I. SEJARAH PENDIRIAN

Mesjid agung syuhada dulunya bernama mesjid Jami Syuhada, sebelumnya dibangun di Jalan Pusaka ditepi danau, berupa bangunan sederhana dengan kontruksi semi permanent dari bahan kayu ulin dan papan (sekarang lokasinya menjadi tempat tinggal “kaum mesjid”).

Mesjid Jami syuhada dulu berfungsi selain untuk tempat peribadatan tetapi juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya para pejuang pergerakan kemerdekaan, hal itulah yang melatarbelakangi penamaan mesjid “SYUHADA” yang mengartikan bahwa berjuang tanpa pamrih demi Negara dan agama.

Pada awal tahun 1935 berkumpul tokoh – tokoh pemuka agama dan masyarakat untuk membicarakan rencana pembangunan mesjid yang lebih besar guna memenuhi tuntutan jemaah yang semakin banyak. Beberapa nama yang tercatat sebagai pelopor pembangunan mesjid jami syuhada pada masa itu adalah (sesuai dengan tugasnya)

  1. Bidang Tugas Fatwa

1. H. Mansyur

2. H. Jafri

3. H. A. Nawawi

4. H. A Gani

5. H. Asmail

6. H. Ramli

7. H. Matran

8. H. Anang Sukri

9. H. A. Hamid

  1. Bidang Tugas Dana

1. Sidik (Mewakafkan tanah untuk lokasi bangunan mesjid)

2. H. A. Syukur

3. H. Khalid

4. H. Anang Tuah

5.

Penyedia material untuk bangunan mesjid

H. Bakri

6. H. Hasyim

7. H. Anang Dulkadir

8. Hasbullah

9. H. Nunci

Secara tepatnya belum diperoleh data tanggal berdirinya mesjid jami syuhada, hanya dapat dipastikan mesjid ini didirikan pada bulan – bulan awal tahun 1935 yaitu antara bulan maret – Juni 1935

II. PERIODE PENGURUSAN

  1. Periode 1935 – 1945

Penasehat

Ø H. Jafri

Ø H. Mansur

Ø H. A. Syukri

Ø H. Asmail

Ø H. A. Gani

Ø Sidik

Ø Matran

Pengurus

Ø Ketua : H. A. Nawawi

Ø Wk Ketua : H. Ramli

Ø Sekretaris : Yusuf Azidin

Ø Wk Sekretaris : H. Zainal Akli

Ø Bendahara : H. Khalid

Ø Wk Bendahara : H. A. Syukur

Hasil Kerja :

Mendirikan mesjid jami syuhada, sekaligus mendirikan 4 (empat) buah tiang guru. Tiang guru ini dibawa dari desa jilatan dengan panjang 40 meter, dibawa dengan ditarik secara massal dengan pola estafet, dari setiap desa yang dilalui., dengan memakan waktu selama 3 (tiga) hari.

Pada masa periode kepengurusan ini berhasil mendirikan mesjid di kota pelaihari yang berukuran 20 x 20 m, dengan luas ruang utama 16 x 16 m, kontruksi semi permanent, tiang ulin, atap sirap lantai dan dinding papan.

  1. Periode 1945 – 1949

Penasehat :

Ø H. Asmail

Ø H. A. Nawawi

Ø H. Abd Hamid

Ø H. Bakri

Ø H. Akhmad

Pengurus

Ø Ketua : H. Materan

Ø Wk Ketua : H. A. Syukur

Ø Sekretaris : Marzuki

Ø Wk Sekretaris : H. Hairani

Ø Bendahara : H. A Tuah

Ø Wk Bendahara : Dislan

Hasil Kerja

Merubah kontruksi lantai papan sebagian menjadi lantai beton, dan sebagian masih ditimbun dengan tanah urug. Hal ini disebabkan pada masa ini bangsa Indonesia difokuskan pada perjuangan fisik dan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

  1. Periode 1949 – 1952

Penasehat

Ø H. A. Nawawi

Ø H. A. Kusasi

Ø H. Ramli

Ø H. Bakri

Ø H. A. Hamid

Pengurus

Ø Ketua : H. Hasyim

Ø Wk Ketua : H. Materan

Ø Sekretaris : Bustan HB

Ø Wk Sekretaris : H. Hairani

Ø Bendahara : H. A. Syukur

Ø Wk Bendahara : H. A. Tuah

Hasil Kerja

Pada periode ini menyempurnakan pondasi tanah secara bertahap menjadi lantai beton dan menyempurnakan bagian atas dengan dipasangi sirap.

  1. Periode 1952 – 1968

Penasehat

Ø H. Ahmid

Ø H. A. Kusasi

Ø H. Ramli

Ø H. A. Jebar

Ø Fransyah

Pengurus

Ø Ketua : H. A. Syukur

Ø Wk Ketua : H. Dislan

Ø Sekretaris : Hasbulah

Ø Wk Sekretaris : Marjuki HS

Ø Bendahara : H.A. Tuah

Ø Wk Bendahara : H. Nunci

Hasil Kerja

Pada periode ini adalah kepengurusan yang cukup lama, panitia berhasil menyempurnakan bentuk induk, memasang keramik lantai dan menyempurnakan dinding ulin, membuat pendopo mesjid dan pengecetan. Selain itu juga mampu membangun sebuah rumah untuk petugas mesjid disebelah barat bangunan mesjid.

Sampai berakhir kepengurusan periode ini, mesjid jami syuhada secara fisik sudah mengalami kesempurnaan.

  1. Periode 1968 – 1972

Penasehat

Ø H. Ramli

Ø H. A. Jebar

Pengurus

Ø Ketua Umum : H. Nunci

Ø Ketua I : H. Suriansyah

Ø Ketua II : H. Mahmud

Ø Sekretaris I : H. Baidilah

Ø Sekretaris II : Masani Abda

Ø Bendahara I : H. Dislan

Ø Bendehara II : H. A. Samad

Hasil Kerja

Pada periode kepengurusan ini hanya melakukan perbaikan dan pemeliharaan.

  1. Periode 1972 – 1975

Penasehat

Ø H. Dislan

Ø H. Nunci

Ø M. Zubaidi

Pengurus

Ø Ketua : Masani Abda

Ø Wk Ketua : Johansyah

Ø Wk Ketua : H. Masdar

Ø Sekretaris I : Umar Hamdan

Ø Sekretaris II : Roomsani Hajas

Ø Bendahara : H. Kadehi

Ø Seksi Keuangan : H. Mahmud

Ø Seksi Pembangunan : H. Suriansyah

Ø Seksi Perlengkapan : Kustami

Ø Seksi Kemakmuran : A. Hamid Rasjidi

Ø Seksi Kebersihan : Suriansyah G

Hasil Kerja

Pada masa ini mesjid syuhada mendapat bantuan dari Gubernur Tk I Propinsi Kalimantan Selatan berupa mesin listrik / generator merk Honda.

  1. Periode 1976 – 1981

Penasehat

Ø Bupati Tanah laut

Ø Dandim 1009 Tala

Ø Dan Dis Tala

Ø Kepala Kejaksaan Tala

Ø Ketua Pengadilan Negeri Pelaihari

Ø Pimpinan DPRD

Ø Kepala Kantor Depag Tala

Pengurus

Ø Ketua I : Nawawi Asmail

Ø Ketua II : H. A. Hamid Rasjidi

Ø Ketua III : Bahktiar Effendi

Ø Sekretaris I : Tuhalus

Ø Sekretaris II : Fahrinsyah

Ø Bendahara : H. M. Tasri

Ø Seksi Usaha Dana : H. Sumari

Ø Seksi Kemakmuran : A. Gazali

Ø Seksi Perlengkapan : H. Kadehi

Ø Seksi Kebersihan : Suriansyah G

Hasil Kerja

Pemindahan tempat wudhu dari halaman muka mesjid ke bagian belakang mesjid (sebelah barat)

  1. Periode 1981 – 1984

Pelindung

Ø Bupati Tanah Laut

Ø Unsur Muspida

Ø Pimpinan DPRD

Ø Kepala Kantor Depag Tala

Penasehat

Ø Camat Pelaihari

Ø Ketua BKM Depag

Ø H. Suriansyah

Ø H. Hasan

Ø H. Suhaimi, Lc

Pengurus

Ø Ketua : H. M. Afham

Ø Wk Ketua : H. Bakhtiar Effendi

Ø Sekretaris : H. Sumari

Ø Wk Sekretaris : Fakhrinsyah

Ø Bendahara : H.Yusuf A.K

Ø Wk Bendahara : H. Hamdan

Ø Usaha Dana : H. Kursani

Ø Kemakmuran : H. Baidillah

Ø Perlengkapan : Ira Johansyah

Ø Kebersihan : H.M Saleh

Ø Remaja Mesjid : Syafriansyah

Hasil Kerja

Melakukan perbaikan berat pada bagian atas, mengganti atap sirat dengan atap seng. Kubah atap yang menampilkan khas banjar diganti dengan kubah melingkar terbuat dari seng

  1. Periode 1985 – 1987

Pelindung

Ø Bupati Tanah Laut

Ø Unsur Muspida

Ø Pimpinan DPRD

Penasehat

Ø Kepala Kantor Depag Tala

Ø Camat Pelaihari

Pengurus

Ø Ketua : H. Choldani HAS

Ø Wk Ketua I : Drs. Yuhyil Husna HAN

Ø Wk Ketua II : Jailani Ibus

Ø Sekretaris I : Tuhalus

Ø Sekretaris II : Aspul Anwar

Ø Bendahara I : H. Kadehi

Ø Bendahara II : Syafriansyah

Ø Usaha Dana : H. Kursani

Ø Kemakmuran : H. Syahbudin BA

Ø Perlengkapan : Muslim

Ø Kewanitaan : H. Noor Sabah

Ø Remaja Mesjid : Drs. H. Yuhyil Husna HAN

Hasil Kerja

Penambahan ruangan baru dengan membangun tambahan ruang bertingkat dua pada bagian sebelah timur mesjid. Bangunan tersebut dengan luas 400 m2

  1. Periode 1987 – 1988

Pelindung

Ø Bupati Tanah Laut

Ø Unsur Muspida

Ø Pimpinan DPRD

Penasehat

Ø Kepala Kantor Depag Tala

Ø Camat Pelaihari

Pengurus

Ø Ketua : Drs. Yuhyil Husna HAN

Ø Wk Ketua I : Jailani Ibus

Ø Wk Ketua II : H. Kursani

Ø Sekretaris I : Tuhalus

Ø Sekretaris II : Aspul Anwar

Ø Bendahara I : Syafriansyah

Ø Bendahara II : H. Anwar

Ø Usaha Dana : H. Bahrun Noor

Ø Kemakmuran : H. M. Saleh

Ø Perlengkapan : Mualim

Ø Kewanitaan : H. Noor Sabah

Ø Remaja Mesjid : Anang Bahran

Hasil Kerja

Pemeliharaan rutin.

  1. Periode 1988 – 1990

Pelindung

Ø Bupati Tanah Laut

Ø Unsur Muspida

Ø Pimpinan DPRD

Penasehat

Ø MUI Tanah Laut

Ø Ulama / Tokoh masyarakat

Pengurus

Ø Ketua : H. Humaidi

Ø Wk Ketua I : H. Habli

Ø Wk Ketua II : H. Hamdi

Ø Sekretaris I : M. Yamani

Ø Sekretaris II : Khairuji

Ø Bendahara I : Syamsuri Hasbulah

Ø Bendahara II : H. Anwar

Ø Pembangunan : H. Bahrun Noor

Ø Ta’mir : Aspiani

Ø Perlengkapan : M. Yusuf Utih

Ø Kewanitaan : H.Raisah

Ø Remaja Mesjid : Ibrodi

Ø Usaha Dana : H. Tijansyah

Hasil Kerja

Merombak kembali kubah mesjid, yang sebelumnya berbentuk bundar dikembalikan ke bentuk yang lama, dan Perbaikan bangunan untuk imam

III. PENUTUP

Demikian sejarah singkat terbangunnya mesjid jami syuhada yang sekarang berubah menjadi mesjid agung syuhada.

Penyunting - fahmi

(disadur dari catatan H. Humaidi)

Kamis, 11 November 2010

Peta Wisata Kab Tanah Laut


Apabila anda ingin melakukan perjalanan wisata ke Kabupaten Tanah Laut, anda dapat mengunjungi beberapa tempat obyek wisata seperti ; pantai takisung, pantai swarangan, pantai batakan, desa wisata bajuin, gunung kayangan.
Peta ini dibuat sebelum adanya pemekaran 2 (dua) kecamatan yaitu kecamatan bajuin dan kecamatan bumi makmur

Hal – Hal yang menarik tentang Pelaihari (Tanah laut)

  1. Orang pertama yang membuka daerah kawasan Sampit pertama kali adalah orang yang bernama Sampit yang berasal dari Bati-Bati, Kalimantan Selatan sekitar awal tahun 1800-an. Sebagai bukti sejarah, makam “Datu” Sampit sendiri dapat ditemui di sekitar Basirih. “Datu” Sampit mempunyai dua orang anak yaitu Alm. “Datu” Djungkir dan “Datu” Usup Lamak. Makam keramat “Datu” Djungkir dapat ditemui di daerah pinggir sungai mentaya di Baamang Tengah, Sampit. Sedangkan makam “Datu” Usup Lamak berada di Basirih. (http://kotawaringin.blogspot.com)

Sebutan Bati – Bati tersebut tidak tersirat jelas berada di Kabupaten mana di wilayah Kalimantan Selatan, tetapi merujuk nama – nama daerah/desa di Kalimantan selatan, sepertinya Bati – Bati tersebut adalah kecamatan yang sekarang masuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Laut.

  1. Ejaan lama Pelaihari adalah Plaijharie. (http://wapedia.mobi/id)
  2. Distrik Pleihari adalah bekas distrik (kawedanan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Tanah Laut pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Distrik Pleihari pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu : 1) Kiai Mohamad Jusuf (1899). 2) Kiai Aboekoesin (Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986)
  3. Pelaihari juga dikenal daerah pertambangan emas. Orang pertama tambang emas di wilayah ini adalah pendatang dari Cina. Menurut sumber-sumber setempat, sekitar enam abad yang lalu, dua belas ahli pertambangan Cina tiba di daerah atas permintaan raja Banjar, Samudera. Selain tambang emas, raja juga meminta Cina untuk mencari berlian, perkebunan terbuka, dan memulai industri keramik.
    Tambang emas pertama didirikan di Parit, sekitar satu kilolmeter timur Pelaihari.
    Saat ini, dusun ini disebut Kampung Cina (Cina Hamlet). Banyak dari perempuan Tionghoa asli daerah menikah dan punya anak. Banyak dari keturunan mereka masih tinggal di sini (http://www.goarchi.com)
  4. Orang Cina Parit adalah suatu komunitas suku Tionghoa-Indonesia yang mendiami daerah sungai Parit di Pelaihari, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Penamaan Cina Parit (orang Cina Parit) dipakai secara resmi sebagai salah satu kelompok etnik yang mendiami Kalimantan Selatan menurut Museum Lambung Mangkurat (Museum Daerah Kalsel), karena sejak semula kedatangannya ke daerah ini orang Tionghoa disebut sebagai 'Urang Cina' dalam bahasa Banjar. Sejak tahun 1817, Orang Cina Parit yang tinggal di Distrik Pleihari, Afdeeling Martapura dipimpin Gho Hiap Seng. (http://wapedia.mobi/id)
  5. Takisung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia. Takisung merupakan salah satu permukiman tertua di Tanah Laut, nama daerah ini sudah ada di dalam Hikayat Banjar yang ditulis terakhir pada tahun 1663 (http://id.wikipedia)
  6. (Air Weapon Range/AWR) untuk pesawat-pesawat tempur, AWR Kalimantan Selatan tersebut terletak pada kabupaten Palaihari dengan nama Mauluka Baulin yang sekarang disebut AWR Dwi Harmono. AWR tersebut tepatnya berada di daerah Maluka Baulin Kecamatan Kurau Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan yang berjarak sekitar 60 Km dari Lanud Sjamsudin Noor dengan luas tanah 996 Ha. Pada Posisi 114ŗ 39’ 09” E, 03ŗ 41’ 44” S / 17 NM from BDM – VOR Radial 208ŗ elevasi 64 feet.
  7. Konverda LVRI se-Kalimantan Selatan di Martapura, yang disampaikan oleh Ach. Syairani dkk pada tahun 1956. Kemudian pada tahun 1957 H. Arpan dkk, selaku wakil rakyat Tanah laut yang duduk di DPRD Banjar, memperjuangkan bagi otonom Daswati II Tanah Laut, namun belum juga membuahkan hasil. Kemudian pada tanggal 15 April 1961 bertempat di rumah H. Bakeri, Kepala Kampung Pelaihari, berkumpullah lima orang. Pemuda yaitu: Atijansyah Noor, Moh. Afham, Materan HB, H. Parhan HB dan EM. Hulaimy bertukar pendapat untuk memperjuangkan kembali kewedanan Tanah Laut menjadi Daswati II. Tukar pendapat tersebut membuahkan hasil berupa tekad yang kuat memprakarsai untuk menghimpun kekuatan moril maupun material dalam upaya memperjuangkan terwujudnya Daswati II Tanah Laut. Tekad dan prakarsa tersebut dimulai dengan terselenggaranya rapat pada tanggal 3 Juni 1961, bertempat di rumah Moh. Afham, yang dipimpin oleh materan HB. Rapat tersebut menghasilkan terbentuknya sebuah Panitia Persiapan Penuntut Daswati II Tanah Laut dengan ketua umum Soeparjan. Panitia ini dikenal dengan nama Panitia Tujuh Belas dengan tugas pokok persiapan penyelenggaraan musyawarah besar seluruh masyarakat Tanah laut. Untuk terlaksananya tugas pokok tersebut panitia menetapkan lima program kerja, sebagai berikut:

1. Mengadakan hubungan dengan pemuka/tetuha masyarakat guna mendapat dukungan.

2. Mengumpulkan data potensi daerah.

3. Mengusahakan pengumpulan dana.

4. Membuat pengumuman untuk disebarluaskan ke masyarakat.

5. Menyelenggarakan ceramah dengan meminta kesediaan Ach. Syairani, H. M. N. Manuar, Wedana Usman Dundrung, Mahyu Arief dan H. Abdul Wahab.

Usaha Panitia Tujuh Belas berhasil dengan terselenggaranya Musyawarah Besar se-Tanah Laut pada tanggal 1-2 Juli 1961, dan menghasilkan resolusi pernyataan serta terbentuknya "Panitia Penyalur Hasrat Rakyat Tuntutan Daswati II Tanah Laut", yang diketuai H. M. N. Manuar. Pada tanggal 12 Juli 1962, panitia ini menyampaikan memori Tanah Laut kepada Bupati dan Wakil Ketua DPRD GR Banjar. Kemudian pada tanggal 6 Agustus 1962, Ketua Seksi A DPRD GR Banjar meninjau Tanah Laut dan dalam sidangnya pada tanggal 3 September 1962 mendukung Tuntutan Tanah Laut untuk dijadikan Daswati II dengan surat keputusan nomor 37/3/DPRDGR/1962, tanggal 3 September 1962.

Dengan terbitnya keputusan DPRD GR Banjar tersebut, Panitia Penyalur terus berusaha mendapat dukungan di tingkat Provinsi, baik melalui Kerukunan Keluarga Tanah Laut (KKTL) di Banjarmasin maupun di DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan.

Atas usaha tersebut maka pada tanggal 26 November 1962 Tim DPRD GR Tingkat Kalimantan Selatan meninjau Tanah Laut, dari hasil kunjungan tersebut DPRD GR Tingkat I Kalimantan Selatan mendukung terbentuknya Daswati II Tanah laut dalan bentuk sebuah resolusi yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, tanggal 11 Desember 1962, nomor 12/DPRDGR/RES/1962. (www.tanahlautkbab.go.id)

Rabu, 10 November 2010

Menunggu Keseriusan Pemerintah ProvinsiI Kalsel Menggarap Sektor Pariwisata

Oleh fahmi

Paradigma pembangunan di beberapa provinsi di Indonesia lebih berorientasi kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya adalah industri pariwisata. Demikian juga halnya yang berlangsung di Provinsi Kalimatan Selatan, yang beberapa waktu terakhir ini banyak memanfaatkan sector pertambangan, sekarang ini mulai melirik sector pariwisata.

Aktivitas sektor pariwisata telah didorong dan ditanggapi secara positif oleh kalimatan Selatan, seperti yang dimuat dalam salah satu media massa “Pemerintah Provinsi Kalimatan Selatan mulai serius garap pariwisata”, dengan harapan dapat menggantikan sektor pertambangan yang selama ini menjadi primadona dalam menambah pundit-pundi daerah.

Sektor pariwisata memang cukup menjanjikan untuk turut membantu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), dan secara pragmatis juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Apalagi situasi nasional yang sekarang ini mulai stabil khususnya dalam bidang politik dan keamanan, sehingga akan dapat memberikan jaminan kepercayaan kepada wisatawan asing untuk masuk ke wilayah Indonesia

Munculnya UU No 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, selanjutnya direvisi dengan UU No 32 tahun 2004, yang telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangganya termasuk sektor kepariwisataan, ditambah lagi telah ditetapkannya UU Kepariwisataan No 10 tahun 2009 yang merupakan revisi dari UU No 09 tahun 1990, adalah sebuah momentum yang harus dimanfaatkan pemerintah daerah khususnya pemerintah provinsi kalimantan selatan untuk mulai serius menggarap sektor pariwisata.

kemauan dan sambutan serius gubernur terhadap pemanfaatan sector pariwisata ini harus direspon dengan cepat oleh pihak-pihak yang berkompeten dibidang pariwisata khususnya Dinas Kebudayaan, pariwisata Pemuda, dan Olahraga provinsi Kalimatan Selatan.

Respon cepat tersebut antara lain adalah memperjelas visi dan misi pengembangan pariwisata di propinsi Kalimantan selatan. Agar sector pariwisata di Provinsi Kalimatan Selatan benar-benar mampu berkembang seperti yang diharapkan. Salah satu misalnya, Visi pemasaran, Thailand merumuskan konsep ”Amazing Thailand” lewat sebuah proses visioner yang panjang. Visi itu dituangkan dengan baik dalam “Thailand 2012”, Yogyakarta merumuskan sebuah brand yang dikenal sebagai “Jogja is never ending Asia” . Objektifnya adalah mempromosikan sekaligus menciptakan image daerah sebagai daerah kunjungan wisata yang benar-benar menarik untuk dikunjungi. Provinsi kalimatan selatan dalam hal ini harus memiliki visi yang jelas melalui “brand image” agar orang tertarik datang ke provinsi kalimatan selatan

Misi yang jelas, industri pariwisata diarahkan sebagai industri yang berkesinambungan dan tidak akan berhenti hanya ada peristiwa-peristiwa politik. Arahnya tidak boleh berubah hanya karena berganti pemerintahan, dengan misi yang jelas Israel adalah salah satu contoh negara yang yang turisnya tetap berkunjung ke Yerusalem kendati perang terus berkecamuk.

Menyikapi keseriusan gubernur Kalimantan Selatan dalam pengembangan sector pariwisata, maka visi dan misi yang jelas dan realistis, serta melihat dengan lebih bijaksana, serta mampu memilah siapa yang realis kita jadikan segmen pasar, apa produk yang kita jadikan unggulan adalah salah satu langkah awal. Sehingga keseriusan ini bukan hanya menjadi sebuah wacana tetapi sudah mengarah pada sebuah rencana dan mampu direalisasikan.

Pelaihari, 20 Juni 2010

Bekantan Tanah Laut


Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis.

Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan.

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.

Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di pulau Kalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.

Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan, di Kabupaten Tanah Laut bekantan dapat ditemukan di Penjaratan, biasanya muncul disisi sungai penjaratan, di Bajuin.

Bernafas Dalam Lumpur Jilid II

Kembali diingatkan ini bukan judul sebuah film Indonesia yang pernah popular di tahun 70-an, tetapi tragedi yang kembali terjadi, kali ini di beberapa tempat diwilayah di Indonesia, sebuah tragedi yang membuat kita tersentak dan membuat bumi pertiwi kembali mengucurkan air mata, peristiwa yang merengut korban jiwa dan memusnahkan harta benda। Banjir di Wasior Papua barat, Senin 04 Oktober 2010, yang menimbulkan korban jiwa dan harta, letusan gunung merapi di Yogyakarta, yang sampai sekarang masih belum jelas statusnya, dan bencana di kepulauan Mentawai।

Membicarakan beragam bencana seperti saat ini bisa jadi sesuatu yang sangat menyedihkan dan memilukan akan tetapi ini tidak hanya untuk diratapi tapi harus menjadi sebuah perenungan..

Alam adalah sebuah anugerah Tuhan yang sangat bernilai kepada seluruh makhluk yang ada dimuka bumi ini. Alam dengan segala isinya adalah sumber kehidupan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia dapat bertahan hidup tanpa listrik, alat – alat elektronik, tetapi tidak akan bertahan tanpa kemurahan alam..

Alam dengan segala kemurahan dan kelebihannya dapat berbalik menjadi sumber bencana apabila kita tidak memeliharanya secara bersahabat, apalagi dalam penggunannya tidak secara rasional dan tidak memperhatikan faktor – faktor lain yang menyebabkan alam menjadi sebuah sumber bencana bagi manusia. Pemanfaatan alam sebagai bahan perumahan ,industri ataupun apa saja kalau tidak dikelola dengan bersahabat maka dia (alam) akan menjadi lawan yang menakutkan.

Terlepas dari segala macam kesedihan, atau komentar tindakan – tindakan pemerintah yang dianggap lamban, kita patut meluangkan waktu sejenak melakukan perenungan, ada apa gerangan negara kita (Indonesia) sepertinya tidak henti hentinya dihantam badai bencana. Akhirnya, air memainkan peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup dimuka bumi ini.

Kalau mendengar atau membaca cerita – cerita kejadian bencana pada masa lampau, kebanyakan penyebabnya dikarenakan salah satunya adalah faktor kelupaan manusia terhadap perintah dan larangannya, bisa jadi gara – gara segala macam persoalan negara yang notebene adalah persoalan rakyat yang tidak diselesaikan dengan adil dan bijaksana, bisa jadi semakina maraknya pola kehidupan yang tidak beraturan (perselingkuhan, perkosaaan, pembunuhan dsb), bisa jadi gara – gara pertengkaran elite politik yang berebut kue kekuasaan, dan bisa jadi gara – gara apasaja

Mudah – mudahan setelah peristiwa ini kita akan kembali dan akan selalu ingat untuk menjalankan perintahnya dan meninggalkan larangannya, kembali tidak melupakan bahwa kita adalah saudara, kembali tidak melupakan bahwa segala apapun (harta, nyawa, maupun jabatan dsb) itu hanyalah sebuah titipan belaka, yang kapan saja dapat diambil oleh Dia yang maha punya Kuasa. semuanya kembali kepada kita. Kitalah yang sebenarnya jawaban dan solusinya..

Pelaihari, Nopember 2010