Jumat, 03 Desember 2010

Susahnya menjadi Perokok

Setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari di kota denpasar, hari keempat jatah saya untuk melakukan perjalanan di Bali sudah habis. Ya dengan terpaksa saya harus check out dari hotel dan meninggalkan Bali dengan membawa segala cerita dan pengalaman serta meninggalkan berbagai kesan yang mendalam. Benar kata orang Bali yang dikenal dengan Pulau Dewata benar benar merupakan kota yang hidup dari sektor pariwisata, dari obyek wisatanya sampai dengan segala macam fasilitasnya sangat memanjakan wisatawan, baik domestik maupun manca.
Dengan berat hati setelah mengemasi semua barang - barang saya berangkat menuju bandara Gusti NGurah Rai.
Sesampainya di bandara, turun dari bis yang mengantar kami.. biasa...kebiasaan yang sangat jarang terlupakan saya segera menyulut rokok sambil berjalan menuju pintu masuk. Ya..terpaksa belum habis sebatang rokok yang saya isap harus dibuang, karena m asuk kedalam ruang tunggu bandara merupakan ruangan BEBAS ROKOK, kecuali ditempat yang telah disediakan.
Masuk kedalam ruang tunggu, saya segera mencari tempat untuk melanjutkan kenikmatan yang terputus...ya bagaimana tidak..tadi merokok hanya sempat separo batang, tentu saja masih ada rasa yang tertinggal.
Menjadi seorang perokok sangat sulit di negera manapun...padahal rokok di indonesia adalah penyumbang devisa terbesar bagi negara.
Kebijakan yang banci, disatu sisi orang tidak boleh merokok disembarang tempat, tapi disisi lain cukainya diambil negara. Sama juga dengan orang yang anti rokok, mereka tidak sadar mereka juga menikmati hasil cukai dari rokok.
ya merokok dibandara dengan ruangan hanya 2 x 4 yang dipenuhi dengan orang - orangs enasib (para penymbang devisa negara)..sangat pengap..penuh asap...sesak....uch...tp nikmat..
ya.. sekali lagi keputusan banci....
Kalo memang tidak boleh tutup pabriknya, larang disemua tempat untuk merokok...
kalo masih seperti ini ya sama juga bohong..memang sulit kalo jadi perokok...