Selasa, 09 November 2010

Gunung Api sebagai Daya Tarik Wisata

Oleh: Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB
http://www.p2par.itb.ac.id

Indonesia sangat beruntung dikaruniai beragam sumberdaya wisata –alam maupun budaya yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan sektor pariwisata. Potensi obyek dan daya tarik wisata alam tersebut beraneka jenisnya dan tersebar di seluruh nusantara. Obyek wisata pantai, laut, gunung, hutan, sungai, gua maupun air terjun menjadi tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi budaya seperti tari-tarian, upacara tradisional, kerajinan rakyat dan arsitektur tradisional juga menjadi daya tarik wisata di Indonesia.

Pendahuluan

Indonesia sangat beruntung dikaruniai beragam sumberdaya wisata –alam maupun budaya yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan sektor pariwisata. Potensi obyek dan daya tarik wisata alam tersebut beraneka jenisnya dan tersebar di seluruh nusantara. Obyek wisata pantai, laut, gunung, hutan, sungai, gua maupun air terjun menjadi tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi budaya seperti tari-tarian, upacara tradisional, kerajinan rakyat dan arsitektur tradisional juga menjadi daya tarik wisata di Indonesia. Khusus untuk keragaman potensi wisata alam, hal ini tidak terlepas dari kondisi geografis dan geomorfologis Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang terletak di khatulistiwa, Indonesia memiliki iklim tropis dengan pengaruh musim angin Barat dan Timur. Matahari yang bersinar hampir sepanjang tahun berpengaruh pada kekayaan flora dan fauna yang dimiliki Indonesia. Letak Indonesia pada pertemuan antara sesar Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dan bertabrakan dengan sesar Eurosia, menyebabkan patahan dan tumbukan sepanjang barat Sumatera, selatan Jawa Barat dan menerus ke Bali, Nusa Tenggara hingga ke Laut Banda dan Maluku. Selain itu Indonesia berada pada jalur gunung api, memanjang sejauh 7.000 km, membentang dari Pulau Sumatera melalui Pulau Jawa, Bali dan kepulauan Nusa Tenggara, hingga Maluku. Tidak kurang dari 400 buah gunung api -70 diantaranya masih aktif, berada di wilayah tersebut (Sumber: The Human Environment, Indonesian Heritage, 1996).

Gunung Api di Indonesia

Indonesia memiliki potensi gunung api yang cukup tinggi, baik yang masih aktif maupun tidak, termasuk gunung api yang terdapat di dasar laut. Bagi orang awam saat ini gunung api lebih merupakan ancaman bahaya seperti gunung meletus, lahar panas, gempa bumi, maupun ancaman tsunami, meskipun disadari pula bahwa keberadaan gunung api memberikan kontribusi pada kesuburan tanah, bahan galian, panorama alam dan hal-hal lainnya yang bersifat positif.

Gunung Krakatau di Selat Sunda merupakan salah satu contoh gunung api di Indonesia yang terkenal dan telah dikunjungi wisatawan, yang pada umumnya peneliti dan wisatawan minat khusus. Letusan dahsyatnya pada tanggal 27 Agustus 1883 menggegerkan seluruh dunia, yang menyebabkan gunung api di Indonesia ini menjadi sangat terkenal. Letusannya memusnahkan ¾ bagian badan gunung, meninggalkan sisa-sisa yang kemudian dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Sertung dan Pulau Panjang serta menyebabkan hujan debu dan batu halus di daerah seluas 300.000 km2 dengan radius 150 km2. Suara letusannya terdengar sampai ke Filipina, gelombangnya terasa hingga ke Australia dan bahkan Eropa. Keterkenalan Krakatau bertambah dengan kemunculan Anak Krakatau pada bulan Desember 1927, yang saat ini telah mencapai ketinggian lebih dari 200 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung api yang masih aktif (Festival Krakatau, Lampung, 1994).

Gunung Bromo merupakan gunung berapi lainnya yang menjadi tujuan wisata utama di Jawa Timur. Dengan kaldera pasirnya seluas 10 km2, mendaki ke Puncak Bromo sambil menikmati matahari terbit merupakan daya tarik yang dicari wisatawan. Adanya upacara Kesodo oleh masyarakat suku Tengger setiap tanggal 10 bulan Kesodo menambah daya tarik wisata gunung ini (Diparda Jawa Timur, 1997/1998).

Beberapa gunung api yang juga menjadi obyek wisata terkenal di Indonesia diantaranya adalah Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat yang terkenal dengan Legenda Sangkuriangnya, Gunung Merapi, Gunung Agung maupun Gunung Tambora. Gunung Kelimutu dengan 3 buah danau kawah yang memiliki tiga warna yang berbeda di Ende, NTT bahkan diangap sebagai salah satu keajaiban alam. Masih banyak gunung api lainnya di tanah air yang juga memiliki keindahan dan daya tarik namun belum dikembangkan sebagai obyek wisata.

Wisata Gunung Api: Potensi dan Permasalahan

Gunung dan pegunungan merupakan salah satu jenis obyek wisata alam yang cukup menonjol dan banyak diminati wisatawan. Selain panorama bentang alam yang indah, udara yang sejuk dan nyaman, beberapa obyek wisata gunung atau pegunungan dapat dicapai wisatawan dengan mudah. Kawasan Puncak di Cianjur maupun Lembang dan Tangkuban Parahu di Bandung misalnya, menjadi tujuan berlibur wisatawan Jakarta dan sekitarnya terutama pada akhir pekan. Kegiatan wisata yang lebih menantang seperti pendakian hingga ke puncak gunung –yang ditunjang dengan jalur pendakian yang jelas- juga mulai diminati oleh wisatawan remaja dan mereka yang berjiwa petualangan.

Umumnya obyek wisata yang dikembangkan di Indonesia masih mengandalkan pada daya tarik yang dimiliki sumberdaya wisatanya (resource based tourism) dan belum menggali lebih dalam pada segi keilmuannya (knowledge based tourism). Demikian juga dengan obyek wisata gunung api, yang baru memanfaatkan “bentuk fisik” dari suatu gunung api. Padahal diharapkan dari satu kegiatan wisata, wisatawan tidak hanya mendapat manfaat dari segi kesenangan (pleasure) belaka, tetapi juga bisa mendapatkan manfaat keilmuan yang berguna. Hal ini dapat menjadi nilai tambah pada obyek wisata tersebut.

Fenomena gunung api sebagai obyek dan daya tarik wisata alam sebetulnya tidak hanya sekedar menawarkan gunung dengan pemandangan alam dan udaranya yang sejuk, tetapi juga memiliki potensi daya tarik lain. Keberadaan kawah maupun kaldera, sumber air panas yang biasanya berkaitan dengan keberadaan gunung api juga menjadi daya tarik tambahan lainnya. Terlebih jika terdapat adat istiadat / budaya masyarakat setempat, seperti upacara tradisional maupun legenda yang berkaitan dengan gunung api ataupun letusannya.

Selain daya tarik fisik, daya tarik non-fisik seperti pengetahuan tentang gunung api sebetulnya sangat beraneka ragam dan menarik untuk diceritakan pada wisatawan. Proses pembentukan gunung api, sejarah letusan, kegiatan dan aktivitas gunung api hingga terjadinya erupsi dan penanggulangan bahaya akibat letusannya merupakan daya tarik wisata yang bersifat ilmiah. Tempat-tempat pengawasan kegiatan/aktivitas suatu gunung berapi seperti menara pengawas misalnya, juga dapat dimanfaatkan menjadi obyek wisata ilmiah yang menarik, tidak hanya sekedar mengawasi kegiatan gunung berapi tapi juga menceritakan kegiatan dan fenomena alam tersebut kepada wisatawan. Bahkan masyarakat dapat mempelajari fenomena kegunungapian termasuk pencegahan dan penanggulangan bahaya letusan gunung api.

Pemanfaatan potensi gunung api sebagai obyek wisata ilmiah memang masih memerlukan arahan pengembangan yang tepat agar dapat memberikan manfaat keilmuan bagi wisatawan dengan tetap mengawasi aktivitas kegunungapiannya dan mewaspadai kegiatan-kegiatan gunung api tersebut. Dilain pihak, bentuk wisata ilmiah yang tidak atau kurang dikombinasikan dengan segi pleasure saat ini umumnya masih kurang diminati. Motivasi untuk mencari kesenangan dalam berwisata masih mendominasi wisatawan. Obyek wisata yang “terlalu ilmiah” membuat wisatawan merasa seolah-olah “digurui”, dan akhirnya membuat obyek wisata tersebut menjadi tidak populer. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pengembangan yang tidak hanya menampilkan bentuk fisik gunung api saja, tetapi juga mengemas potensi wisata gunung api menjadi obyek dan daya tarik wisata yang bersifat rekreatif edukatif –yang tetap mengandung unsur rekreasi sekaligus memberikan manfaat keilmuan.

Potensi obyek dan daya tarik wisata gunung api tersebut juga perlu dipadukan dengan obyek wisata jenis lainnya sehingga saling mendukung dan memperkuat daya tarik yang ada. Pengemasan dengan jenis wisata lain atau obyek wisata lain yang telah lebih dahulu populer, bisa menjadi langkah awal untuk mempromosikan jenis wisata ini. Munculnya jenis wisata gunung api juga merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk wisata yang menambah kekayaan jenis-jenis wisata yang dapat ditawarkan Indonesia, sekaligus membuka segmen pasar wisatawan yang baru.

Kesimpulan

Wisata gunung api di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu bentuk diversifikasi produk wisata. Hal ini didukung dengan besarnya potensi gunung api yang terdapat di Indonesia baik yang aktif maupun tidak aktif lagi. Beberapa diantaranya bahkan telah menjadi obyek wisata yang terkenal secara nasional maupun internasional. Namun saat ini pemanfaatan gunung api sebagai daya tarik wisata masih sebagai obyek wisata yang bersifat rekreatif, dan belum menggali lebih mendalam aspek ilmiah kegunungapiannya. Beberapa kendala seperti kegiatan atau aktivitas gunung api yang berbahaya maupun kendala aksesibilitas, sumber daya manusia maupun pengemasan produk wisata memang masih membatasi pengembangannya menjadi suatu jenis wisata yang bisa bersifat rekreatif edukatif, dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kegunungapiannya dan manfaatnya bagi wisatawan. Dengan arahan pengembangan yang tepat, jenis wisata ini dapat menambah kekayaan daya tarik wisata di Indonesia.
Penulis : Ir. Ina Herliana Koswara, M.Sc. (Pusat Penelitian Kepariwisataan - ITB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar